
MEMBANJIRNYA beras impor akhir-akhir ini ternyata tidak melunturkan pamor beras cianjur yang sedang merajai pasar. Banyak konsumen yang menguber beras tersebut di antara puluhan nama beras. Beras cianjur masih memiliki keunggulan yang tidak bisa disamai oleh beras dari daerah lain. Sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat, cianjur identik dengan nama ”pandan wangi”. Trademark yang kondang sejak tahun 1973 ini membawa cianjur semakin harum namanya di pasaran beras lokal, nasional, maupun internasional.
Padi pandan wangi termasuk varietas Javanica dengan ciri bulat, berbulu, dan tahan rontok. Usia tanamnya 150-160 hari dengan tinggi 150 sentimeter. Padi pandan wangi sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Warungkondang dan sedikit di Kecamatan Cugenang dan Cibeber. Upaya pengembangan padi pandan wangi beberapa kali dilakukan di luar kecamatan tersebut. Hasilnya masih mengecewakan. Aroma wangi pandan tidak muncul dan rasanya tidak sebagus beras pandan wangi produksi Kecamatan Warung-kondang yang dikenal nasinya pulen, enak, dan wangi.
Tingginya harga beras pandan wangi menyebabkan beras istimewa ini hanya menjadi konsumsi masyarakat kelas menengah dan atas. Bayangkan, pertengahan Januari lalu harga beras ini mencapai Rp 4.500 per kilogram di penggilingan padi di Warungkondang. Sementara harga di pasar beras Rp 5.500 per kilogram. Itu pun belum tentu murni. Banyak konsumen yang langsung membeli beras di penggilingan padi di Warung-kondang. Pasalnya, pembeli dapat melihat ciri-ciri padi sebelum digiling untuk mendapatkan kemurnian beras pandan wangi. Bahkan, beberapa pemilik penggilingan padi menyatakan, bila beras pandan wangi sudah ke luar dari penggilingan tidak berani menjamin keasliannya. Maklum, jalur pemasaran beras melalui banyak tangan, mulai dari petani, penebas, penggiling, agen, pedagang, sampai konsumen. Melambungnya nama pandan wangi sebagai merek dagang beras cianjur mengakibatkan munculnya praktik pengoplosan beras pandan wangi dengan jenis lain.
Padi pandan wangi hanyalah sebagian kecil dari produksi padi cianjur. Wilayah Cianjur Tengah misalnya, khususnya di Kecamatan Kadupandak dan Pagelaran, juga menjadi salah satu pusat produksi padi. Tiga tahun terakhir produksi padi cianjur secara keseluruhan menurun. Hal ini menguatkan tekad Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk mengangkat kembali nama harum Cianjur di pasar agrobisnis. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan padi pandan wangi menjadi unggulan utama hasil pertanian di samping tanaman palawija, sayuran, buah, dan tanaman hias.
Sebagai daerah agraris, Kabupaten Cianjur berkeinginan menjadi salah satu pusat agrobisnis dan pariwisata di Jawa Barat. Dengan sumber daya manusia seadanya Cianjur mulai membuka pusat perdagangan pertanian. Kecamatan Cikalongkulon, misalnya, akan dijadikan pusat bisnis pisang, kemudian Pacet sebagai pusat bisnis hortikultura. Sementara di wilayah selatan akan dibangun pusat pengembangan ternak potong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar